rajabacklink

4 Destinasi Wisata Masjid Di Indonesia

16 Mei 2022  |  426x | Ditulis oleh : Admin2
4  Destinasi Wisata Masjid Di Indonesia

Jalan-jalan nggak hanya ke tempat hiburan, sejumlah destinasi wisata masjid di Indonesia juga menarik untuk dilakukan. 

Yup, kalau kemarin kita sudah keliling museum dan tempat bersejarah, sekarang giliran kita melihat masjid-masjid indah yang ada di Tanah Air.

Berikut 4 masjid yang bisa menjadi inspirasi Anda melakukan wisata masjid di Indonesia.

 

Masjid Lampuuk, Desa Lampuuk, Lhok Nga, DI Aceh

Kalau ngelihat masjid ini, ingatan kita bakal langsung kembali ke bencana tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 lalu. Yup, masjid ini merupakan saksi bisu terjadinya bencana alam yang menewaskan sekitar 200.000 jiwa tersebut.

Masjid Lampuuk merupakan satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak setelah dihantam tsunami! Padahal letaknya dekat banget sama pantai.

Luar biasanya, gelombang air laut setinggi hampir 10 meter itu hanya mengitari Masjid Lampuuk! Bahkan, ada yang mengatakan air laut hanya lewat di atas kubah. Amazing!

Kata para ulama besar kejadian tersebut adalah peringatan supaya kita lebih meningkatkan keimanan pada-Nya.

 

Masjid Lautze, Jln. Lautze, Pasar Baru, Jakarta Pusat

Karena bentuknya yang menyerupai ruko alias rumah toko, banyak yang ngira kalau Masjid Lautze adalah Klenteng, rumah ibadah komunitas Cina.

Desainnya nggak ngikutin pattern Timur Tengah tapi lebih ke Oriental. Soalnya masjid ini memang dibangun oleh H. Abd. Karim Oei, warga keturunan Cina yang ingin menegakkan syariat Islam di komunitas Tionghoa. 

Nama masjid pun diambil dari nama Nabi Tionghoa, Lau Tze. Masjid ini didirikan tahun 1991 dan diresmikan tiga tahun kemudian.

Walau nggak dikhususkan untuk warga keturunan, banyak komunitas Tionghoa yang memilih untuk mengunjungi masjid ini untuk belajar banyak tentang Islam. 

Sampai saat ini, Masjid Lautze telah mengislamkan lebih dari 2.000 warga keturunan. Sekarang Masjid Lautze nggak hanya berlokasi di Jakarta, tapi juga di Bandung dan Serpong.

 

Masjid Imogiri, Pajimatan, Kec. Imogiri, Kab. Bantul (DIY)

Masjid ini sebenarnya bernama Masjid Sultan Agung Hanyokrokusumo, tapi lebih dikenal dengan Masjid Imogiri (imo = mega, giri = gunung). 

Nggak ada yang tahu kenapa nama ini dipilih, tapi yang jelas keberadaannya nggak bisa lepas dari kompleks pemakaman Imogiri, pemakaman khusus untuk keluarga kerajaan Mataram. 

Untuk mencapai pemakaman dari Masjid Imogiri, kita harus menaiki 415 anak tangga dengan kemiringan 45 derajat. 

Dari awal berdirinya, yaitu sekitar 1632 M, masjid ini telah mengalami banyak renovasi. Tapi bentuk kubahnya masih tetap seperti pertama dibangun. Yaitu, cungkup berbentuk bunga kenanga yang terbuat dari tembaga.

 

Masjid Al Wustho Mangkunegaran, Kel. Ketelan, Kec. Banjarsari, Surakarta (Solo)

Masjid Al Wustho Mangkunegaran merupakan salah satu masjid tertua yang telah berumur seratus tahun lebih. Masjid ini dibangun tahun 1918 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPAA) Ario Mangkunegoro VH.

Selain usianya yang sudah tua, arti nama masjid ini juga unik. Al Wustho itu berarti di tengah atau pertengahan. Maksudnya, besar bangunannya tuh sedang, nggak terlalu besar kayak Masjid Agung di Keraton Surakarta, tapi juga nggak kecil kayak Masjid Kepatihan.

 

Masjid Merah, Jln. Panjunan, Kec. Lemahwungkuk, Cirebon

Salah satu masjid kuno yang terkenal di Cirebon adalah Masjid Al Athiyah, yang berarti yang dikasihi. Tapi masyarakat Cirebon menyebutnya dengan nama Masjid Abang Panjunan atau Masjid Merah, karena bangunan ini seluruhnya terbuat dari batu bata merah.

Masjid Merah dibangun tahun 1460, jauh sebelum Kesultanan Demak (Masjid Agung Demak) berdiri. Jadi banyak yang yakin kalau masjid ini adalah yang tertua di antara masjid-masjid utama Kerajaan Islam di Pulau Jawa. 

Seluruh bangunannya masih asli, loh! Belum ada yang dirombak. Termasuk pilar-pilar penyangga dari kayu jati dan dinding bata merah serta ornamen keramiknya. 

 

Yang juga unik adalah bentuk ruangan utamanya, yang dibagi menjadi dua bagian dengan ukuran yang sama. 

 

Kedua ruangan itu dipisahkan oleh sebuah dinding permanen dari bata merah berhiaskan piring keramik.

 

Baca Juga: